BBM Batal Naik, Harusnya Harga Rumah Turun
Prediksi kenaikan harga rumah 5 hingga 10 persen apabila bahan bakar minyak (BBM) naik seharusnya berlaku sebaliknya. Harga rumah seharusnya turun karena pada 1 April 2012 lalu, harga BBM diputuskan batal naik.
"Harga rumah jangan ikut naik karena BBM kan batal naik. Kalau ikut naik, kasihan masyarakat," kata Ketua Umum DPP Asosiasi Pengembang Perumahan dan Permukiman Seluruh Indonesia (Ketua Umum DPP Apersi) Eddy Ganefo ketika dihubungi Kompas.com di Jakarta, Rabu (4/4/2012) malam.
Eddy mengatakan, harga rumah naik karena dipicu harga bahan bangunan yang sudah naik terlebih dahulu, bahkan sebelum keputusan kenaikan harga BBM. Ia mencontohkan, harga semen di pasaran naik menjadi Rp 62.000-Rp 65.000 per zak, dari harga pabrik Rp 52.000-Rp 55.000.
"Jadi, banyak spekulan menimbun semen dan menjualnya di toko-toko eceran. Padahal, kita tanya asosiasi semen belum ada kenaikan harga," ujarnya.
Selain harga semen naik, harga material lain, seperti besi, juga ikut naik karena pasokannya sedikit, sementara permintaannya banyak. "Besi juga kecederungannya naik. Situasi ketidakpastian kenaikan BBM kemarin dimanfaatkan oleh para spekulan," imbuhnya.
Eddy berharap harga rumah tetap terjangkau mengingkat angka backlog perumahan masih tinggi. Idealnya, rumah tipe 36 meter persegi seharga Rp 80 juta-Rp 120 juta.
Prediksi kenaikan harga rumah 5 hingga 10 persen apabila bahan bakar minyak (BBM) naik seharusnya berlaku sebaliknya. Harga rumah seharusnya turun karena pada 1 April 2012 lalu, harga BBM diputuskan batal naik.
"Harga rumah jangan ikut naik karena BBM kan batal naik. Kalau ikut naik, kasihan masyarakat," kata Ketua Umum DPP Asosiasi Pengembang Perumahan dan Permukiman Seluruh Indonesia (Ketua Umum DPP Apersi) Eddy Ganefo ketika dihubungi Kompas.com di Jakarta, Rabu (4/4/2012) malam.
Eddy mengatakan, harga rumah naik karena dipicu harga bahan bangunan yang sudah naik terlebih dahulu, bahkan sebelum keputusan kenaikan harga BBM. Ia mencontohkan, harga semen di pasaran naik menjadi Rp 62.000-Rp 65.000 per zak, dari harga pabrik Rp 52.000-Rp 55.000.
"Jadi, banyak spekulan menimbun semen dan menjualnya di toko-toko eceran. Padahal, kita tanya asosiasi semen belum ada kenaikan harga," ujarnya.
Selain harga semen naik, harga material lain, seperti besi, juga ikut naik karena pasokannya sedikit, sementara permintaannya banyak. "Besi juga kecederungannya naik. Situasi ketidakpastian kenaikan BBM kemarin dimanfaatkan oleh para spekulan," imbuhnya.
Eddy berharap harga rumah tetap terjangkau mengingkat angka backlog perumahan masih tinggi. Idealnya, rumah tipe 36 meter persegi seharga Rp 80 juta-Rp 120 juta.
