PDAM Tirta Raharja Pantau Kas Dengan Android
Untuk memantau kas di kota pelayanan (KP) secara online, PDAM Tirta Raharja menggunakan teknologi informasi (TI). Itu dilakukan tak lain dikarenakan luasnya daerah cakupan pelayanan sambungan langsung (SL) yang berada di tiga daerah yakni Kabupaten Bandung, Kota Cimahi, dan Kabupaten Bandung Barat (KBB).
Kabag Humas dan Hukum PDAM Tirta Raharja Dadang Supriyadi mengatakan, sistem TI tersambung di 19 KP yang tersebar di tiga kota/kabupaten. "Di antaranya Rancaekek, Cisarua, Pangalengan, Soreang, Cimahi, Ciwidey, dan lain-lain. Selain untuk memantau kas di kota pelayanan, sistem teknologi informasi itu juga untuk menekan ketidakakuratan dalam penghitungan biaya meteran pelanggan," kata Dadang saat ditemui di ruang kerjanya, Rabu (4/4/2012).
Menurutnya, sejak awal 2012 ini PDAM Tirta Raharja mulai menggunakan teknologi global positioning system (GPS) yang diaplikasikan pada ponsel bersistem Android. Sistem TI digital itu untuk melakukan proses penghitungan meteran SL pelanggan. Ponsel Android ini dipergunakan secara online dengan mengaktifkan GPS yang terkoneksi internet ke server yang ada di ruang khusus di PDAM Tirta Raharja.
Dia mengakui, sistem baru tersebut terbilang anyar. Di Indonesia, lanjutnya, sistem yang ada di Kota Cimahi itu merupakan pilot project nasional. "Sistem ini sudah mulai dilirik PDAM daerah lain di luar Jawa," imbuhnya.
Secara teknis Dadang menjelaskan, petugas yang melakukan pencatatan itu membawa ponsel Adroid yang mengaktifkan fitur GPS. Saat dia melakukan pencatatan meteran dengan melakukan pemotretan meteran SL pelanggan itu hasil fotonya menunjukkan angka tertentu. Melalui GPS, foto itu dikirim langsung ke server beserta titik koordinat tempat petugas melakukan pencatatan atau pemotretan meteran.
"Karena hasil foto-nya ada, titik koordiat SL pelanggan dan waktu saat melakukan pemotretannya ada, maka tingkat akurasi penghitungannya bisa dilakukan secara maksimal. Dalam arti kata lain, kami bisa meminimalisir kesalahan penghitungan biaya yang harus dibayarkan pelanggan karena hasilnya sesuai dengan hasil pemeriksaan yang kami lakukan dengan sistem GPS yang tercatat di server kami," jelasnya.
Lebih jauh dia menjelaskan, sistem tersebut sebenarnya sudah dibuat PDAM sejak 2009. Namun, saat itu masih dalam proses ujicoba dengan menggunakan ponsel bersistem operasi Symbian dengan alat GPS yang masih non-integrated. Pada 2011, sistem ini mulai dioperasikan dengan memanfaatkan teknologi yang lebih maju yaitu Android 2.2 Froyo dimana fitur GPS sudah terbenam secara integrated dalam sistem Android.
"Ternyata dengan Android sistem kerjanya bisa lebih mudah dan cepat. Oleh sebab itu tahun ini kami sudah langsung mengoperasikan sistem penghitungan GPS ini dengan memanfaatkan ponsel Android," tambang Dadang.[ang]
Untuk memantau kas di kota pelayanan (KP) secara online, PDAM Tirta Raharja menggunakan teknologi informasi (TI). Itu dilakukan tak lain dikarenakan luasnya daerah cakupan pelayanan sambungan langsung (SL) yang berada di tiga daerah yakni Kabupaten Bandung, Kota Cimahi, dan Kabupaten Bandung Barat (KBB).
Kabag Humas dan Hukum PDAM Tirta Raharja Dadang Supriyadi mengatakan, sistem TI tersambung di 19 KP yang tersebar di tiga kota/kabupaten. "Di antaranya Rancaekek, Cisarua, Pangalengan, Soreang, Cimahi, Ciwidey, dan lain-lain. Selain untuk memantau kas di kota pelayanan, sistem teknologi informasi itu juga untuk menekan ketidakakuratan dalam penghitungan biaya meteran pelanggan," kata Dadang saat ditemui di ruang kerjanya, Rabu (4/4/2012).
Menurutnya, sejak awal 2012 ini PDAM Tirta Raharja mulai menggunakan teknologi global positioning system (GPS) yang diaplikasikan pada ponsel bersistem Android. Sistem TI digital itu untuk melakukan proses penghitungan meteran SL pelanggan. Ponsel Android ini dipergunakan secara online dengan mengaktifkan GPS yang terkoneksi internet ke server yang ada di ruang khusus di PDAM Tirta Raharja.
Dia mengakui, sistem baru tersebut terbilang anyar. Di Indonesia, lanjutnya, sistem yang ada di Kota Cimahi itu merupakan pilot project nasional. "Sistem ini sudah mulai dilirik PDAM daerah lain di luar Jawa," imbuhnya.
Secara teknis Dadang menjelaskan, petugas yang melakukan pencatatan itu membawa ponsel Adroid yang mengaktifkan fitur GPS. Saat dia melakukan pencatatan meteran dengan melakukan pemotretan meteran SL pelanggan itu hasil fotonya menunjukkan angka tertentu. Melalui GPS, foto itu dikirim langsung ke server beserta titik koordinat tempat petugas melakukan pencatatan atau pemotretan meteran.
"Karena hasil foto-nya ada, titik koordiat SL pelanggan dan waktu saat melakukan pemotretannya ada, maka tingkat akurasi penghitungannya bisa dilakukan secara maksimal. Dalam arti kata lain, kami bisa meminimalisir kesalahan penghitungan biaya yang harus dibayarkan pelanggan karena hasilnya sesuai dengan hasil pemeriksaan yang kami lakukan dengan sistem GPS yang tercatat di server kami," jelasnya.
Lebih jauh dia menjelaskan, sistem tersebut sebenarnya sudah dibuat PDAM sejak 2009. Namun, saat itu masih dalam proses ujicoba dengan menggunakan ponsel bersistem operasi Symbian dengan alat GPS yang masih non-integrated. Pada 2011, sistem ini mulai dioperasikan dengan memanfaatkan teknologi yang lebih maju yaitu Android 2.2 Froyo dimana fitur GPS sudah terbenam secara integrated dalam sistem Android.
"Ternyata dengan Android sistem kerjanya bisa lebih mudah dan cepat. Oleh sebab itu tahun ini kami sudah langsung mengoperasikan sistem penghitungan GPS ini dengan memanfaatkan ponsel Android," tambang Dadang.[ang]